Menurut
Moeheriono (2012:65) Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh
dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
tertentu.
Menurut
Wirawan (2012:5) Kinerja merupakan keluaran yang dihasilakan oleh fungsi-fungsi
atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu
tertentu.
Menurut
Mangkunegara (2013:67) Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seoarnag pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan
pernyataan diatas, dapat dikatakan kinerja merupakan hasil kerja karyawan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya oleh perusahaan dalam periode
waktu tertentu.
2.
Penilaian Kinerja
Menurut
Mangkunegara (2013:69) bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian
prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin peruahaan secara sistematik
berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanaya. Selain itu jaga untuk
menentukana kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab
yang sesaui kepada karyawan sehingga dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik
dimasa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi
jabatan atau penentuan imbalan.
Menurut
Handoko (2010:135) Penilaian Kinerja adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Kegiatan ini dpat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
3.
Kegunaan
Penilaian Kinerja
Menurut
Handoko (201:135)kegunaan-kegunaan penilaian kinerja dapat dirinci sebagai
berikut :
1)
Perbaiki Prestasi kerja, umpan balik
pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia
dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi
2)
Penyesuaian-penyesuaian kompensasi,
evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
kenaikan upah pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3)
Keputusan-keputusan penempatan, promosi,
transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau
antisipasinya. Promosi sering melupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi
kerja masa lalu.
4)
Kebutuhan-kebutuhan
latihan pengembangan, prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kebutuhan
latihan. Demikian pula prestasi yang baik mungkin mencerminkan potenso yang
harus dikembangkan.
5)
Perencanaan dan pengembangan karir,
umapn balik prestasi megarahkan keputusan-keputusan karier yaitu tentang jalur
karier tertentu yang harus diteliti.
6)
Penyimpangan-penyimpangan proses staffing, prestai kerja yang baik atau
jelek akan mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffingdepartemen personalia.
7)
Ketidak-akuratan informasional,
menggantungkan diri pada informasi yang tdiak akurat dapat menyebabkan
keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak tepat.
8)
Kesalahan-kesalahan dessin pekerjaan,
penialain prestasidapat membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
9)
Kesempatan kerja yang adil, penilaian
prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan
internal diambil tanpa diskriminasi.
10) Tantangan-tantangan ekstrenal, kadang-kadang
prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di laur lingkunagn kerja seperti
keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi lainnya.
Dengan penilaian prestasi departemen personalia mungkin dapat menawarkan
bantuan.
4.
Metode
Penilaian Kinerja
Menurut Handoko (2010:141) Departemen
personalia juga dapat mengurangi distrosi melalui pemilihan teknik-teknik
penilaian prestasi kerja secara hati-hati. Untuk mempermudah pembahasan,
teknik-teknik ini dikelompokan menjadi 2 diantaranya adalah :
a.
Metode
Penilaian Berorientasi Pada Masa Lalu
Ada
beberapa metode untuk menilai prestasi kinerja di waktu yang lalu, danhampir
semua teknik tersebut merupakan suatu upaya untuk meminimumkan berbagai masalah
tertentu yang dijumpai dala, pendekatan-pendekatan ini. Teknik-teknik penilaian
ini meliputi :
1. Skala
peringkat (rating scale)
Merupakan metode yang
paling tua dan paling banyak digunakan dalam penilaian diharuskan melakukan
suatu penilaian yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dlam skala-skala
tertentu, maulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
2. Daftar
pertanyaan (checklist)
Penilaian berdasarkan
metode ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku
bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai tinggal memlih kata atau pertanyaan yang
menggambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.
3. Metode
dengan pemeliharaan terarah (forced
choice methode)
Metode ini dirancang
untuk meningkatkan objektivita dan mengurangi subjektivitas dalam
penilaian.Salah satu saran dasar pendekatan pilihan ini adalah untuk mengurangi
dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah penilaian dengan memaksakan suatu
pilihan antara pernyataan-pernyataan.
4. Metode
peristiwa kritis (critical incident
methode)
Metode ini merupakan
pemilihan yang mendasarkan pada catatan kritis penilai atas perilaku karawan, seperti sangat baik atau
sangat jelek di dalam melaksanakan pekerjaan.
5. Metode
Catatan Prestasi
Metode ini berkaitan
erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan penyempurnaan yang banyak
digunakan terutama oleh para professional. Misalnya penampilan, kemampuan
berbicara, para kepemimpinan, dan aktivasi lain yang behubungan dengan
pekerjaan.
6. Skala
Perangkat dikaitkan dengan tingkah laku (behaviorally
anchored rating scala)
Metode ini merupakan
suatu cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk satu kurun waktu tertentu di
masa lalu dengan mengikat skala peringkat prestasi kerja dengan prilaku
tertentu.
7. Metode
Peninjauan lapangan (field review metode)
Disini penyelia turun
kelapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM. Sepsial SDM mendapat Informasi
dari atasan langsung perihal prestasi karyawannya.Lalu mengevaluasi bedasarkan
informasi tersebut.
8. Tes
dan Observasi Prestasi Kerja (Performance
test and observation)
Karena berbagai pertimbangan dan keterbatasan penilaian prestasi
dapat didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan, berupa tes pengetahuan
dan keterampilan, berupa tes tertulis dan peragaan, syaratnya tes harus valid (salih) dan relihable (dapat
dipercaya).
9. Pendekatan
evaluasi komparatif (comparative
evaluation approach)
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja
seseorang dengan karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.
Perbandingan demikian dipandang bermanfaat untuk sumber daya manusia dengan
lebih rasional dan efektif, khususnya dalam hal kenaikan gaji, promosi, dan
pemberian berbagai bentuk imbalan pada karyawan.
b.
Metode
Penilaian Berorintasi Masa Depan
Metode
penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi bahwa karyawan tidak lagi
sebagai objek penilaian yang tunduk dan tergantung pada penyelia, tetapi
karyawan dilibatkan dalam proses penialian. Karyawan mengambil peranan penting
bersama-sama dengan penyelia dalam menetapkan tujuan-tujuan strategi
perusahaan.Karyawan tidak saja betanggung jawab kepada penyelia tetapi juga
bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Kesadaran ini adalah kekuatan besar
bagi karyawan untuk selalu mengembangkan diri.
1)
Penilaian diri sendiri (self appraisal)
Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh
karyawan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal
kekuatan-kekuatan dan kelemahannya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek
prilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan dating. Pelaksanaannya,
perusahaan atau penyelia mengemukakan harapan-harapan yang diinginkan dari
karyawan, tjuan perusahaan, dan tantangan yang dihadapi perusahaan pada
karyawan. Kemudian,berdasarkan informasi tersebut karyawan dapat
mengidentifikasi aspek-aspek perilaku yang perlu diperbaiki.
2)
Manajemen berdasarkan sasaran (management by objective)
Manajement
by Objective (MBO) yang berarti manajemen
berdasarkan sasaran, artinya satu bentuk penilaian dimana karyawan dan penyelia
bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja
diwaktu yang akan datang. Penialian kinerja berasarkan metode ini merupakan
suatu alternatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk penilaian kerja lainnya. Pemakaiannya
terutama ditunjukan untuk keperluan pengembangan karyawan. Metode ini sebagai
sebuah program dimana manajemen yang melibatkan karyawan dalam pengambilan
keputusan untuk menemtukan sasaran-sasaran yang jendak dicapainya, yang dapat
dilakukan melalui prosedur.
3)
Penialian secara psikologis
Penilaian psikologis adalah proses
penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk mengetahui potensi
seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti kemampuan
intelektual, motivasi, dan lain-lain yang bersifat psikologis. Penialain ini
biasanya dilakukan melalui serangkaian tes psikologi seperti tes kecerdasan
intelektual emosional, diskusi-diskusi, tes kecerdasan spiritual dan tes
kepribadian, yang dilakukan melalui wawancara atau tes-tes tertulis terutama
untuk menilai potensi karyawan dimasa yang akan datang.
4)
Pusat
Penilaian (assessment center)
Assessment center atau pusat penialian
adalah penialain yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan
dilakukan oleh sejumlah penilaian untuk mengetahui potensi seseorang dalam
melakukan tanggung jawab yang lebih besar.
Dasar dari teknik ini berupa
serangkaian latihan situasional, dimana latihan ini berupa tugas manajemen yang
disimulasikan dan meliputi teknik-teknik seperti bermain peran, analisis kasus,
wawancara dan tes psikologis.
5.
Fakktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Wirawan
(2012:7) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dalam suatu
organisasi adalah :
a)
Faktor internal pegawai yaitu
faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir
dan faktor yang diperoleh ketika pegawai berkembang. Faktor-faktor bawaan
misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan. Sementara
faktor-faktor yang diperoleh misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja,
pengalaman kerja, dan motivasi kerja
b) Faktor-faktor lingkungan internal organisasi
seperti strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, serta sistem manajemen dan kompensasi oleh karena itu,
manajemen organisasi harus menciptakan lingkunag internal organisai yang
kondusif sehingga dapat mendukung dan mengingatkan produktivitas karyawan.
c)
Faktor
lingkungan eksternal organisasi seperti keadaan, kejadian, atau situasi yang
terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan.
Budaya masyarakat juga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
karyawan.
Menurut
Mangkunegara (2013:67) Faktor yang mepengaruhi pencapaian kinerja adalah
sebagai berikut :
b)
Faktor
kemampuan secara psikologis kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemapuan reality(
knowledge+skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ
110-120) degan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
yang diharapkan.
Faktor Motivasi, motivasi terbetuk dari sikap
seorang pegawai dalam mengadapai situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar